Saturday 26 April 2014

Berdirinya Kerajaan Kepenuhan

Periode pertama Kerajaan Kepenuhan dimulai dari pecahnya perang di Johor,Malaysia. Perang tersebut merupakan perang saudara yang tidak berkesudahan.Oleh sebab itu, Raja Purba pun membawa kesebelas anaknya pergi atau keluar darinegeri Johor untuk mengungsi. Mereka pergi melalui jalur air atau sungai,karena masih jarangnya transportasi darat didapatkan. Dengan menggunakan perahulayar, mereka masuk ke wilayah Rokan tepatnya di Perca.

Sesampainya di Perca, maka timbul mufakat di antara merek untuk menghadapkepada raja yang memiliki tanah dan sungai yang mereka tempati. Selanjutnyamereka terus menuju ke hulu, hingga mendekati daerah Kualo Batang Sosah(sekarang adalah daerah Mudik Tanjung Alam Kepenuhan Barat), tepatnya sebelakanan mudik. Ketika sampai di daerah tersebut, mereka beristirahat untuk melepaskanlelah. Dalam peristirahatan tersebut Raja Johor yang bernama Raja Purbaberkata, “apabil akita dapat menempati daerah ini, adalah merupakan suatukebahagiaan yang tiada tara dan kita bersyukur kehadirat-Nya”. Setelahadanya kata sepakat maka mereka pun menuju ke hulu dan menghadap kepada RajaTambusai.

Pada masa itu Kerajaan Tambusai dipimpin oleh seorang raja bergelarSultan Abdullah. Raja Johor beserta rombongan pun memberi sembah kepada RajaTambusai untuk memohon agar boleh menempati tanahnya guna bertempat tinggal.Pada saat utusan Raja Tambusai datang, ia pun menyampaikan titah raja bahwatanah yang diperbolehkan dipakai hanya untuk sebagai tempat tinggal.

Selanjutnya Raja Purba beserta rombongan memianta ata’aturkankepada Raja Tambusai sebagaimana orang yang ingin mendirikan sebuah negeri.Permintaan Raja Johor yang kedua juga dipenuhi oleh Raja Tambusai. Dalampertemuan tersebut Raja Tambusai membagi rombongannya menjadi tujuh susuku tetapiRaja Purba belum menyetujui atas usulan tersebut maka Raja Purba sangat sayangkepada kesebelas anak yang dibawanya, serta akan membesarkan mereka setelahmenempati daerah yang telah ditentukan oleh Raja Tambusai.

Atas alasan tersebut, akhirnya Raja Tambusai memahami keberatan RajaPurba dan memperkenankan keinginan Raja agar Raja Tambusai membagi merekamenjadi 11. suku. Namun sayangnya, hingga kini belum diketahui atau ditemukanpenyebah apa yang menjadi alasan Raja Tambusai membagi rombongan Raja Purbamenjadi 11 suku. Dan pertemuan itu kemudian dibuat suatu padan janji ikat karangan sumpahsetia, agar tidak terjadi suatu perselisihan oleh anak keturunan keduabelah pihak di masa mendatang. Hal ini diusulkan oleh Raja Tambusai, dan RajaPurba pun menyambut baik tawaran tersebut. Kedua belah pihak kemudian mengaturhari yang tepat untuk menyelenggarakan acara guna membuat sumpah setiatersebut. Setibanya hari yang telah ditentukan, maka yang pertama mengucapsumpah adalah Raja Johor beserta orang-orangnya.

Adapun isi sumpah setianyaadalah sebagai berikut. “Dan barang siapa kami yang sebelas pihak serta kami segala raja-rajamengubah ata’atur adat dan pusaka yang datang dari Raja Tambusai, dan lagijikalau ada perkara yang di dalam kami tiada terselesaikan, melainkan hendakkami kabarkan kepada Raja Tambusai. Dan jikalau tidak kami kabarkan maka kena hukumanlahkami dari Raja Tambusai serta akan sumpah setia yang diperbuat ini hinggasampai kepada anak cucu. Dan lagi tadalah kami mengubah segala perkataantorombo besar pegangan Raja Tambusai. Dan jikalau barangsiapa di antara kamiyang mungkir daripada segala padan janji ikat karangan yang diikrarkan,melainkan karena kutuk seribu siang dan seribu malam serta ditimpa daulat SultanIskandar Zulkarnain dan tiada selamat selama-lamanya”.

Setelah Raja Johor beserta rombongan bersumpah setia, Raja Tambusai punmembuat padan janji ikat karangan sumpah setia dengan Raja Johor sertakerapatan orang besarnya. Perjanjian ini terjadi pada tarikh 2745 Sanattahun Zai, tepatnya dua belas hari bulan Jumadil Awal, hari Kamis, waktutengah hari, di Negeri Tanjung Kapur (Lihat sejarah Tambusai, alih aksara olehDra. Putri Minerva Mutiara, Departemen Pendidikan dan Kebudayaa 1979).

Dengan adanya kesepakatan dan saling mematuhinya antara dua kerajaan,selanjutnya Raja Purba memohon kepada Raja Tambusai beserta kerapatan sukunan sembilan (ketika itu sampai sekarang suku di Tambusai adalah sembilan)untuk kembali ke Kualo Batang Sosah. Sesampainya mereka di Kualo Batang SosaRaja Purba pun berniat mendirikan negeri di wilayah itu. Namun niat rajatersandung oleh 4 (empat) orang anaknya yang tidak setuju kalau Kualo BatangSosah dijadikan suatu negeri.

Dengan adanya perselisihan tersebut maka sama halnya mereka sudah melanggarata’atur yang telah Raja Tambusai pesankan. Akan tetapi akhirnyaperselisihan tersebut dicarik jalan keluarnya dengan berbagai upaya, bersamaandengan upaya menentukan tempat yang akan dijadikan pusat kerajaa Perselisihanpendapat itu memang memakan waktu lama. Namun seorang kerapatan di antaramereka memiliki usulan yang baik dan menyampaikan kepada Raja Johor, Yaitu denganberucap: “Jikalau tiada dapat sepakat di antara kita, pikiran patik sebaiknya kitakembali menghadap Raja Tambusai, karena Raja Tambusai yang memegang aturanserta adat dan pusaka lagi pula ia adalah yang menaruh torombo siri keturunanyang sudah tersebar kabanya dalam Luhak Rokan ini. Dan apabila tumbuh silangselisih di dalam sungai Luhak Rokan ini yang tiada dapat kita lagi mencari jalankeluarnya, maka sepatutnya kita menyembah akan permasalahan ini kepada beliau.Dan sekiranya tidak kita sampaikan permasalahan kita ini, maka pecahlah kita.Jadi sebaiknya menghadap kepada beliau.”

Apa yang disampaikan oleh seorang kerapatan dari  Purba, sesungguhnya Raja Purba dapat memahamimaksu Berdasarkan kesepakatan bersama, berangkatlah raja dengan sebelas sukunyake Tambusai. Sesampainya di Tambusai, Raja Purba menceritakan penyebab perselisihandi antara mereka kepada Raja Tambusai. Di antara sebelas suku, ada tujuh suku yangmendukung ide raja untuk menjadikan Kuala Batang sebagai pusat pemerintahan.Sedangkan empat suku lal tetap pada pendiriannya.

Menurut sejarah mereka yang empat itu menuju ke hilir, yakni ke KualaRokan (Dari catatan yang diperdapat bahwa, tepatnya di negeri Dili, daerahTeluk Nogoi Tingga di Kota Tengah Kecamatan Kepenuhan). Setelah mendengarpersoalan Raja Purba dan perangkatnya, kemudian Raja Tambusai membuat suatu mufakatdengan sukunya yang sembilan. Isi mufakat tersebut yaitu:“Apabila tidak ada kesepakatan dari rombongan tersebut, kita jadikanmereka menjadi dua pihak, yang satu pihak tujuh suku dan yang satu pihak lagiempat sukunya, yang tujuh selalu mengikuti titah rajanya sedangkan yang empatsuku tetap pada pendirian mereka, yaitu tidak mematuhi titah raja”.

Mencermati hal tersebut, selanjutnya Raja Tambusai mengambil suatukebijaksanaan untuk menengahi kedua belah pihak, yaitu pergi secarabersama-sama mengantar empat suku tersebut sampai ke hilir. Gagasan RajaTambusai ini didukung oleh Raja Purba dan tujuh sukunya serta suku nansembilan, Adapun tujuan Raja Tambusai tersebut adalah agar di kemudian haritidak terjadi lagi perselisihan yang dapat mengakibatkan hal-hal yang fatalpada kedua belah pihak.

Kepergian empat suku itu berlangsung secara damai, tidak ada silangsengketa di antara keduanya. Sebelum Raja Purba dan rombongan kembali ke tempatmereka, Raja Purba berkata, “Jikalau ada orang yang berladang atau berkebundi hilir tempat kami menetap apakah mereka bersama kami atau bukan”.
Raja Tambusai menjawab: “Mereka yang berladang dan yang berkebuntersebut dapat kita beri izin dan keberadaan mereka itu harus dibela dan dipelihara.”

Mendengar titah raja yang sangat bijak itu, Raja Purha dan rombongankembali ke Kualo Batang Sosah untuk membuat tempat tinggal. Sedangkan tempatkeempat suku tersebut dinamakan dengan Pulau Antar, dikarenakan adanya titahRaja Tambusai untuk mengantar mereka. Di Kualo Batang Sosah wereka membuatistana raja, balai, dan rumah-rumah penduduk hingga akhirnya mereka memilikitata aturan yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam kehidupan mereka.

Namun anehnya, Raja Purba tidak mau menempati istana yang telah dibuatoleh para pengikutnya. Beberapa kali rakyatnya meminta raja untuk menempatiistana yang telah didirikan. Dalam catatan sejarah tidak disebutkan alasan yangjelas mengapa Raja Purba tidak mau menempati istana tersebut Sampai pada akhirnyaRaja Purba menitahkan kepada pengikutnya untuk membuat rakit besar untukdijadikan istana dan sebagai tempat tinggalnya.
Keinginan raja tersebut pun mereka penuhi. Rakit itu terlihat begituindah dan megah beserta berbagai ukiran dan tulisan. Rakitnya berdinding danberlantaikan papan, berjendela sekelilingnya, serta memiliki beberapa tingkattempat orang-orang yang berpangkat. Beberapa bilik yang indah-indah, ayunanpapan, bunyi-bunyian seperti gong dan gendang serawa adam dan bangsal jugamelengkapi rakit.

Setelah cukup berbagai perlengkapan dalam istana, para punggawa kerajaantidak menduga bahwa sikap Raja Purba berubah, yaitu menggunakan fasilitasistana untuk memuaskan nafsu angkara murkanya bersama wanita muda cantik dan elok,tunangan orang, dan semua wanita yang dipandang oleh raja elok. Mereka harusmenemani Raja Purba atas titahnya untuk memuaskan nafsu birahi, tanpa memperdulikanlagi bagaimana cara mendapatkannya. Hal itu terus dilakukan raja mulai petanghari sampai waktu sahur atau menjelang pagi.
Sikap raja memang sudah melewati batas, tetapi seorang pun para punggawakerajaan yang berani menegur apalagi melarang perbuatan Raja Purba. Hal ituberlangsung hingga beberapa tahun sampai akhirnya suku nan tujuh mencobamengambil sikap atas tingkah laku raja.

Salah seorang di antara mereka berujar, “Baiklah kita membuat suatukesepakatan dengan Suku Yang Empat di Pulau Antar menentukan sikap hukuman apayang mestinya ditimpakan kepa Raaj” Kemudian mereka mengurus seorang di antara mereka untuk pergi ke hilir,yaitu ke Pulau Antar untuk menjemput suku nan empat. Beberapa hari kemudian ke mudiklahsuku yang empat sampai akhirnya mereka berkumpul kembali. Namun di antaramereka juga sepakat kalau mereka tidak berdaya untuk memberikan hukuman kepadaRaja Purba.
Akhirnya salah seorang yang paling bijaksana di antara mereka berkata: “Baiklah, kita akan kemudik guna menghadap Raja Tambusai untukmenceritakan perihal persoalan yang kita hadapi, dan meminta dicarikan pusakayang sesuai dengan adat-istiadat di Tambusai”.

Atas usulan tersebut, semua pembesar suku nan tujuh dan suku nan empatsetuju untuk pergi menghadap Raja Tambusai. Sesampainya di Tambusai, merekamenceritakan persoalan yang mereka hadapi, yaitu sikap Raja Purba yang sudah diluar batas. Mendengar persoalan yang dihadapi rakyat Raja Purba, maka bertitahlahRaja Tambusai kepada para pembesar, Punggawa, beserta menterinya dan kerapatan sukunan senibilan, juga kepada orang nan sebelas pihak, yaitu: “Carilahmufakat yang mendatangkan kebaikan”.
Kemudian ditanggapi oleh suku nan sembilan dengan menyatakan:
“Tiadalah dapat akan kami perbuat hal yang demikian karena tidak ada dalamadat-istiadat juga dalam suku serta dalam pusaka”.
Selanjutnya, Raja Tambusai pun bertitah:

“Tiadalah kita ini akan merusak Raja Purba karena tiada pusaka yang mengaturnya,juga aturan-aturan yang terdahulu sampai sekarang ini”.

Kedatangan sebelas pihak ke Tambusai tidak membuahkan hasil. Merekakemudian mohon diri kepada Raja Tambusai untuk kembali ke Pulau Antar. Dalamperjalanan pulang, sebelas pihak membuat suatu kesepakatan untuk pergi ke mudikyakni ke Rokan Kiri guna menghadap Raja Kunto dengan harapan dapat memenuhikeinginan mereka. Setelah masuk Rokan Kiri dan bertemu Raja Kunto merekakemudian menceritakan semua kelakuan Raja Purba. Raja Kunto pun mengerti maksudkedatangan rombongan tersebut dan berkata:
“Jikalau demikian perbuatan Raja Purba tiadalah patut dan ini tidaksesuai dengan adat pusaka raja bahwa seorang raja berbuat sedemikian rupa”.

Pertemuan sebelas pihak dengan Raja Kunto membuahkan kesepakatan diantara mereka. Raja Kunto menyanggupi untuk memberi hukuman kepada Raja Purba,yaitu dengan cara membunuh Raja Purba. Bagaimana strategi pelaksanaan hukumantersebut diserahkan kepada Raja Kunto. Apabila Raja Purba wafat maka seisikapal adalah menjadi milik Raja Kunto. Sementara itu, para wanita dalam rakitistana Raja Purba menjadi hak atas sebelas pihak, untuk selanjutnyadikembalikan ke rumah mereka masing-masing. Itulah tiga kesepakatan mereka. Rencana yang mereka buat berhasildilaksanakan tanpa mengalami hambatan. Setelah segala kesepakatan dipenuhikedua belah pihak, hal tersebut tentu menjadi suatu kebahagiaan bagi rakyattujuh pihak atas hukuman yang diterima Raja Purba.

Perjuangan kesebelas pihak itu tentu belum usai sampai di situ, karenaberikutnya mereka harus mencari siapa pengganti Raja Purba yang telah wafat.Mereka kembali menghadap kepada Raja Tambusai. Ada dua misi kedatangan merekamenghadap Raja Tambusai, pertama minta maaf atas segala sikap mereka terhadapRaja Purba, dan kedua adalah mohon memberikan raja sebagai pengganti RajaPurba. Misi pertama dari sebelas pihak tersebut dapat dipahami Raja Tambusai,sedangkan untuk misi kedua, Raja Tambusai memberikan gambaran tentang perihalkeinginan pihak yang sebelas. Raja Tambusai hanya memiliki dua bersaudara yaituseorang laki-laki dan seorang perempuan, Yang laki-laki ialah raja di KerajaanLuhak Rokan-Tambusai dan yang perempuan ialah bergelar Permaisuri. Adapun yang memimpin Kerajaan Tambusai ketika itu adalah Yang DipertuanTua. Setelah melakukan kesepakatan dengan suku nan sembilan, juga kepadasuku nan tujuh, mereka pun setuju keputusa bahwa Yang Dipertuan Tuamenitahkan kepada saudara perempuannya To’ Permaisuri untuk menjadi raja di Kepenuhan.
No comments :
Berdirinya Kerajaan Kepenuhan Reviewed by lupanama on Saturday, April 26, 2014 Rating: 4,5

No comments :

Post a Comment